Artikel

Penanaman Cinta Budaya Lokal Melalui Seni Tari

Depdiknas (2007:2) secara konseptual pendidikan seni bersifat (1) multilingual, yakni pengembangan kemampuan peserta didik mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata, bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai perpaduan di antaranya. Kemampuan mengekspresikan diri memerlukan pemahaman tentang konsep seni, teori ekspresi seni, proses kreasi seni, teknik artisitik, dan nilai kreativitas. Pendidikan seni bersifat (2) multidimensional,yakni pengembangan beragam kompetensi peserta didik tentang konsep seni, termasuk pengetahuan,pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, dan etika. Pendidikan seni bersifat (3) multikultural, yakni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan peserta didik mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan peserta didik hidup secara beradab dan toleran terhadap perbedaan nilai dalam kehidupan masyarakat yang pluralistik. Sikap ini diperlukan untuk membentuk kesadaran peserta didik akan beragamnya nilai budaya yang hidup ditengah masyarakat. Pendidikan seni berperan mengembangkan (4) multikecerdasan, yakni peran seni membentuk pribadi yang harmonis sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik, termasuk kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual .

Kurikulum yang ada di Indonesia terus berkembang, semua itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, dan menyempurnakan rancangan pembelajaran yang ada di sekolah, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah yang akan menanamkan konsep dan nantinya mencetak generasi penerus bangsa yang handal.

Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

Usaha meningkatkan kualitas manusia, pendidikan difungsikan untuk meneruskan nilai-nilai kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lembaga pendidikan formal yang salah satu tujuannya menggali dan mengembangkan hasil kebudayaan manusia ialah sekolah. Pendidikan formal di sekolah diharapkan tidak hanya memberikan pendidikan yang berkaitan dengan upaya perkembangan intelektual saja, akan tetapi harus memperhatikan pula perkembangan emosional setiap peserta didik. Salah satu cabang pendidikan yang menunjang perkembangan emosional adalah dengan memberikan pendidikan seni. Pendidikan seni merupakan pendidikan yang menanamkan sikap estetis untuk membantu membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan seimbang, selaras dalam perkembangan pribadi dengan memperhatikan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta hubungan denganTuhan (Depdikbud, 1993:1).

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: "belajar dengan seni," "belajar melalui seni" dan "belajar tentang seni." Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.

a.  Budaya Lokal

Budaya Lokal adalah budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang juga menjadi ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. (menurut J.W. Ajawaila) Kemajemukan budaya lokal di Indonesia tercermin dari keragaman budaya dan adat istiadat dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia, seperti suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan alam lingkungannya.

b.  Implementasi Penanaman Cinta Budaya Lokal Lewat Pembelajaran Seni Budaya-Seni Tari

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan peserta didik dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik-matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Pada kehidupan masyarakat lokal, proses kompromi budaya selalu memperhatikan elemen-elemen budaya lokal saat bersentuhan dengan budaya-budaya yang baru. Elemen-elemen itu dipertimbangkan, dipilah dan dipilih mana yang relevan dan mana pula yang bertentangan. Hasilnya akan menunjukkan wajah sebuah kompromi yang elegan, setiap elemen mendapatkan tempat dan muncul dalam bentuknya yang baru sebagai sebuah kesatuan yang harmonis.

c.  Tari Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Pendekatan pembelajaran tari yang berorientasi pada budaya lokal di sekolah diselaraskan dengan perkembangan fisik dan psikis peserta didik. Penanaman nilai kreatif pada peserta didik melalui tari dapat dilakukan dalam bentuk penciptaan tari kreatif. Tari kreatif adalah tarian yang dimainkan dengan pencarian ide-ide gerak dan alat yang penuh nilai-nilai dan norma-norma yang berguna bagi peserta didik untuk memahami dan mencari keseimbangan gerak hasil pencarian menurut kemampuan dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan. Dengan kata lain peserta didik diarahkan untuk mencipta gerakan tari yang kreatif secara bersama-sama. Kondisi yang memungkinkan bagi peserta didik dalam menciptakan produk tari kreatif yang sesuai dengan kondisi pribadi dan kondisi lingkungan memberikan rangsangan auditif, visual, kinestetik, gagasan dan memiliki cirri khas tersendiri. Karya-karya tari kreatif diberikan sebagai rangsangan dan sebatas pengetahuan bagi peserta didik. Peserta didik akan lebih bersemangat apabila suatu bahan yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa didik. Sumber belajar dapat berupa segala macam alat/media atau situasi yang dapat membantu serta memperkaya dan memperjelas pemahaman peserta didik terhadap sesuatu yang sedang dipelajarinya bahkan membantu siswa memperkaya pengalaman. Pada pelajaran Seni Tari, media yang efektif adalah dengan mempraktikkan langsung bentuk tarian. Peserta didik pun diharapkan mampu menampilkan bentuk tarian dengan baik dan benar. Ada lima (5) prinsip seni sebagai sarana pendidikan karakter yaitu :

  1. Prinsip Seni Tari dengan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan sehingga perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan pendidikan seni tari bersumber pada minat siswa dan kondisi lingkungan di sekitar wilayah tempat tinggalnya.

  2. Prinsip Seni Tari dengan Pemilihan Isi Pendidikan

Dalam perencanaan kurikulum yang harus dipertimbangkan , yaitu perlunya penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

  3. Prinsip Seni Tari dengan Pemilihan Proses Belajar-Mengajar

Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu apakah metode yang digunakan cocok dan mampu memberikan kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa, juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat, serta penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dan lebih jauh lagi apakah metode tersebut dapat mengaktifkan siswa, mendorong berkembangnya kemampuan baru, dan dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta perlunya kegiatan belajar yang menekankan proses pembelajaran yang dapat dilakukan secara nyata, tidak hanya di lihat dan di dengar saja.

  4. Prinsip Seni Tari Pemilihan Media dan Alat Pengajaran

Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat -alat bantu pengajaran yang tepat. Media dan alat yang digunakan di sesuaikan dengan ciiri khas budaya lokal.

  5. Prinsip Seni Tari dengan Pemilihan Kegiatan Penilaian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes.

 

D.  Tari Pakarena dan Tari Kipas merupakan salah satu bentuk Budaya Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan

Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang diiringi oleh 2 (dua) kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik). Tarian Pakarena dibawakan oleh penari perempuan yang mempertunjukkan kelemah-lembutan perempuan-perempuan Makassar. Tarian ini lebih banyak mempertunjukkan gerak tangan yang terayun ke samping kiri dan kanan serta ke depan secara beraturan dan lamban, namun gerakan tangan tersebut terangkat paling tinggi hanya setinggi bahu tidak pernah terangkat hingga setinggi kepala, tangan kanannya selalu memegang kipas. Walaupun tari ini penuh dengan kelembutan namun tari ini sangat enerjik, bahkan terkadang juga hingar bingar oleh musik yang mengiringi para wanita yang membawakannya. Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Makassar. Pada abad 20, tari ini mulai keluar dari tradisi istana dan menjadi pertunjukan yang sangat populer.

Selain tari pakarena yang selama ini dimainkan oleh maestro tari pakarena Maccoppong Daeng Rannu (alm) di kabupaten Gowa, juga ada jenis tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu “Tari Pakarena Gantarang”. Disebut sebagai Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau Selayar pada masa lalu yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh kurang lebih empat orang penari perempuan ini pertama kali ditampilkan pada abad ke 17 tepatnya tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di Gantarang Lalang Bata.

Tarian ini sangat artistik dan sarat makna, halus bahkan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Tarian ini terbagi dalam 12 bagian. Setiap gerakan memiliki makna khusus. Posisi duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan manusia. Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Aturan mainnya, seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar. Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Hal ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam. Tari Pakarena Gantarang diiringi alat musik berupa gendang, kannong-kannong, gong, kancing dan pui-pui. Sedangkan kostum dari penarinya adalah, baju pahang (tenunan tangan), lipa' sa'be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-perhiasan khas Kabupaten Selayar. Tahun 2007, Tari Pakarena Gantarang mewakili Sulawesi Selatan dan Indonesia pada Acara Jembatan Budaya 2007 Indonesia–Malaysia di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC).

Tari Pakarena Gantarang berkaitan dengan kemunculan Tumanurung. Tumanurung merupakan bidadari yang turun dari langit untuk untuk memberikan petunjuk kepada manusia di bumi. Petunjuk yang diberikan tersebut berupa symbol – simbol berupa gerakan kemudian di kenal sebagai Tari Pakarena Gantarang. Hal ini hampir senada dengan apa yang dituturkan oleh salah seorang pemain Tari Pakarena Makassar Munasiah Nadjamuddin. Wanita yang sering disapa Mama Jinne ini mengatakan bahwa Tari Pakarena berawal dari kisah perpisahan penghuni botting langi (Negeri Kayangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dahulu. Sebelum berpisah, botting langi mengajarkan kepada penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual ketika penduduk di bumi menyampaikan rasa syukur pada penghuni langit.

Tari Kipas Pakarena merupakan ekspresi kesenian masyarakat Gowa yang sering dipentaskan untuk mempromosi pariwisata Sulawesi Selatan. Dalam bahasa setempat, "pakarena" berasal dari kata "karena" yang memiliki arti "main". Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan bekas Kerajaan Gowa. Ekspresi kelembutan akan banyak terlihat dalam gerakan tarian ini, mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, setia, patuh dan hormat terhadap laki-laki pada umumnya, khususnya terhadap suami. Tarian ini sebenarnya terbagi dalam 12 bagian, meski agak susah dibedakan oleh orang awam karena pola gerakan pada satu bagian cenderung mirip dengan bagian lainnya. Tapi setiap pola mempunyai maknanya sendiri. Seperti gerakan duduk yang menjadi tanda awal dan akhir pementasan tarian Pakarena. Gerakan berputar searah jarum jam melambangkan siklus hidup manusia. Sementara gerakan naik turun mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan kadang di atas. Tarian Kipas Pakarena memiliki aturan yang cukup unik, di mana penarinya tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar, sementara gerakan kakinya tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Tarian ini biasanya berlangsung selama sekitar dua jam, jadi penarinya dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang prima. Sementara itu, tabuhan Gandrang Pakarena yang disambut dengan bunyi tuip-tuip atau seruling akan mengiringi gerakan penari. Gemuruh hentakan Gandrang Pakarena yang berfungi sebagai pengatur irama dianggap sebagai cermin dari watak kaum lelaki Sulawesi Selatan yang keras. Sebagai pengatur irama musik pengiring, pemain Gandrang harus paham dengan gerakan tarian Pakarena. Kelompok pemusik yang mengiringi tarian ini biasanya berjumlah tujuh orang, dan dikenal dengan istilah Gondrong Rinci. Tidak hanya penari saja yang bergerak, penabuh gandrang juga ikut menggerakkan bagian tubuhnya, terutama kepala. Ada dua jenis pukulan yang dikenal dalam menabuh gandrang, yaitu menggunakan stik atau bambawa yang terbuat dari tanduk kerbau, dan menggunakan tangan.

Keanekaragaman nilai sosial budaya masyarakat yang terkandung di dalam kearifan lokal itu umumnya bersifat verbal dan belum terdokumentasi dengan baik. Di samping itu ada norma-norma sosial, baik yang bersifat anjuran, larangan, maupun persyaratan adat yang ditetapkan untuk aktivitas tertentu yang perlu dikaji lebih jauh. Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu bentuk knowledge management terhadap berbagai jenis kearifan lokal tersebut agar dapat digunakan sebagai acuan dalam proses perencanaan, pembinaan dan pembangunan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.

Pembinaan seni tari lingkungan institusi formal dan informal perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Hal ini mengingat untuk melestarikan budaya lokal yang semakin hari semakin pupus dengan adanya arus modernisasi. Budaya lokal Indonesia yang dahulu diagung-agungkan oleh bangsa lain di dunia hendaknya tetap dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus bangsa.

Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan mengiplementasikan pendidikan seni tari di sekolah baik sekolah dasar maupun menengah secara menyeluruh. Kerjasama berbagai pihak yang terkait perlu ditingkatkan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

 

Daftar Pustaka
Depdiknas.2006. Pedoman Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Seni Budaya. Jakarta: Dirjen
Manpendasmen


DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Seni dan
Budaya SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan

Latief Halilintar, Sumiani Niniek. Pakarena. Sebuah Bentuk Tari Tradisi Makassar.
Pusaka Wisata Budaya.

Soedarsono, RM. 2000. Melacak Jejak Perkembangan : Seni di Indonesia. Bandung: Arti
Line

https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Pakarena

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-kipas-pakarena
http://mbahkarno.blogspot.co.id/2012/10/pengertiandefinisi-budaya-lokal-dan.html

~ Nur Aulia Hafid (WI LPMP Sul-Sel) ~