Artikel

KEGIGIHAN GURU DAERAH KHUSUS DI LONG PADA, KABUPATEN MALINAU, KALIMANTAN UTARA


Agung Rachmatullah adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Malinau, Desa Long Pada, Kecamatan Sungai Tubu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Nama daerah ini mungkin masih asing di telinga kita. Desa Long Pada adalah salah satu wilayah terjauh di Kabupaten Malinau.

 Sekolah ini resmi berdiri pada tahun 2013 meskipun belum ada gedung yang representatif bagi peserta didik untuk belajar. Untuk sementara waktu, SMA Negeri 12 Malinau menumpang di gedung SMP Negeri 1 Sungai Tubu.

 Pada tahun 2017, barulah SMA tersebut pindah ke gedung lain, bekas balai Desa Long Pada. Gedung itu lalu disekat menjadi 4 ruangan. 3 ruang untuk siswa, dan 1 ruang lagi untuk ruang kepala sekolah, ruang guru, dan perpustakaan.

 Saat itu lulusan SMP di Desa Long Pada kesulitan keluar daerah untuk melanjutkan pendidikan. Atas kebijakan pemerintah, dibangunlah sekolah menengah atas meskipun saat itu guru dan peserta didiknya masih terbatas.

Sekolah tersebut berjarak sekitar 130 km dari ibukota Kabupaten Malinau atau 8 sampai 9 jam waktu tempuh dalam kondisi normal. 

 Jika cuaca kurang bersahabat terutama saat hujan deras,  perjalanan bisa lebih dari perkiraan. Bahkan ada yang menginap di tengah jalan (hutan). Sungguh medannya sangat ekstrim.

Tidak banyak alat transportasi darat yang bisa mencapai desa ini mengingat jalur yang sangat berat dan biaya yang luar biasa mahalnya yakni 4 juta rupiah sekali angkut.

Penduduk setempat biasanya menyewa mobil Strada untuk mengangkut mereka jika ingin bepergian untuk keperluan yang sangat mendesak.

Bukan hanya faktor biaya, medan yang dilalui benar-benar memacu adrenalin. Jalanan berlumpur disertai tanjakan dan turunan sangat berat dilalui.

Tidak jarang penumpang harus turun beramai-ramai demi meringankan beban mobil yang mereka tumpangi dan berjalan kaki hingga beberapa jauh.

Seringkali mereka harus mendorong mobil atau bahkan menariknya jika sopir membutuhkan bantuan.

Dari  rumah ke sekolah, pak Agung harus menyeberangi sungai kecil dengan perahu kayu. Selain fisik yang prima, tentu dibutuhkan biaya transportasi yang tidak sedikit. 

 Sudah lebih dari 5 tahun pak Agung bertugas di SMA Negeri 12 Malinau. Banyak hal yang telah dilaluinya. Suka dan duka datang silih berganti mewarnai perjalanan karirnya. 

 Pak Agung berkisah bahwa alam di Long Pada sangat asri, nyaman, dan tenteram. Tidak ada hiruk pikuk perkotaan yang kadang membuat seseorang ingin meninggalkannya untuk mencari ketenangan.

Desa Long Pada adalah gudangnya ikan. Warga setempat menyebutnya ikan Pelian. Jika ingin makan ikan, pak Agung dan teman-temannya cukup menebar jala dan pukat. Ikan Pelian adalah sejenis ikan tawar.

Sekilas penampakannya seperti ikan mas. Namun ikan ini memiliki bentuk memanjang agar memudahkan pergerakannya di air yang beraliran deras. Menurut pak Agung, bobot ikan ini bisa mencapai 5 kg saat dewasa.

Saat masih kecil, ikan ini dapat dengan mudah ditemukan di sungai kecil. Tapi saat beranjak dewasa, ikan Pelian memilih berpindah ke sungai yang lebih besar. 

Tidak heran, ikan Pelian dewasa lebih banyak ditemukan di sungai Malinau yang lebih lebar dan beraliran deras.

 Pak Agung menambahkan, tekstur ikan Pelian lembut dan sangat gurih. Inilah ikan kebanggaan warga Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Tidak hanya ikan, sayur-mayur tak kalah banyaknya. Hal ini dikarenakan suburnya tanah di Long Pada. Apalagi kalau bercocok tanam di sepanjang sisi aliran sungai.

Selain dikonsumsi sendiri, dua sumber daya alam tersebut dijual ke pasar lokal bahkan dipasarkan keluar daerah.

Tidak seperti desa terpencil lainnya. Beberapa tahun terakhir, desa ini sudah dialiri listrik, demikian pula sambungan telepon yang memungkinkan warga untuk lebih leluasa bertukar kabar dengan sanak keluarga di luar Long Pada. 

Kini, rumah-rumah warga terlihat terang benderang dihiasi sinar lampu listrik. Sayup-sayup suara tayangan televisi dan radio terdengar dari rumah warga. 

Sekali-sekali kendaraan bermotor melintas pertanda aktifitas warga masih berlangsung di malam hari.

Pekerjaan warga pun banyak terbantu oleh adanya aliran listrik. Pak Agung dan rekan-rekannya dapat memanfaatkan perangkat komputer dalam aktifitas pembelajaran.

Jika ingin bertukar kabar dengan keluarga dan teman diluar Malinau, pak Agung dapat menelpon mereka dengan leluasa. 

Masih lekat di memori pak Agung saat  pertama kali menginjakkan kaki disana. Saat senja tiba, warga serentak menyalakan pelita sebagai alat penerang di malam hari. 

Warga bergegas pulang meninggalkan kebun sebelum malam memjemput. Anak-anak berlarian berpencar pulang ke rumah masing-masing.

Beberapa keluarga memilih bersantap sebelum malam. 

Sayup-sayup suara perahu motor membelah sunyinya malam. Suara serangga malam dan gesekan dedaunan bagaikan orkestra pengantar tidur. 

Pak Agung masih ingat ketika peserta didiknya akan mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada tahun 2017. 

Maksud hati melaksanakan ujian di sekolah sendiri, apa daya jaringan internet tidak memadai. Satu-satunya jalan adalah membawa peserta didik ke kota Malinau.

Tapi bagaimana caranya? Dewan guru mengajak kepala desa dan orang tua/wali siswa untuk berembuk dan mencari jalan agar peserta didik dapat berangkat ke kota.

Dicapailah kesepakatan bahwa pihak sekolah yang akan menanggung biaya transportasi sementara pihak desa dan orang tua/wali peserta didik yang akan menaggung biaya penginapan dan konsumsi.

Berangkatlah 6 orang calon peserta UNBK didampingi gurunya. Mereka melintasi sungai, hutan, dan jalan panjang berliku menuju kota. 

Berkali-kali mereka harus turun saat jalan menanjak agar mobil yang membawa mereka lebih leluasa bergerak.

Beberapa diantara peserta didik baru kali pertama meninggalkan desanya. Mereka harap-harap cemas mengikuti ujian. Syukurlah, ujian berjalan lancar nyaris tanpa kendala berarti.

Setelah mengikuti ujian, mereka mengitari kota Malinau selanjutnya pulang ke Long Pada dengan rute yang sama saat keberangkatan. Perjalanan kali ini lebih rileks karena beban guru dan peserta didik telah hilang.

Ujian telah terlewati. Mereka bertukar cerita tentang pengalaman mengikuti ujian. Tentang kecemasan mereka saat mengerjakan soal-soal ujian. Tentang kota Malinau yang baru saja mereka kunjungi. 

Sesampainya di Long Pada, para penumpang pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan lega.

Pak Agung merasa sangat bersyukur telah mengantarkan peserta didiknya mengikuti UNBK. Benarlah kata orang bijak bahwa, "dimana ada kemauan, disitu ada jalan", batinnya.

 


Sumber : Buletin Pa’biritta Edisi No. 27/ Desember 2021
Oleh: Fahrawaty